Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa |
Flasback dulu zaman sekolah ada beberapa mata pelajaran bahasa yang dipelajari dan diajarkan dari sekolahan ke siswanya. Kalau di sekolahan saya dulu hanya ada 3 bahasa atau 3 mata pelajaran bahasa yang diajarkan sekolahan kepada saya / siswa. Yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa. Karena saya tinggal di Indonesia, pelajaran bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang semua sekolahan pasti ada mata pelajaran ini.
Untuk pelajaran bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, yang mana tiap sekolahan pasti juga ada. Khusus untuk bahasa Jawa merupakan bahasa daerah, karena didaerah saya merupakan suku Jawa dan bahasa kesehariannya adalah bahasa Jawa, maka mata pelajaran bahasa Jawa ini ada dalam sekolahan.
Dalam tingkatannya (bahasa Jawa) ada 2 tingkatan yang digunakan untuk komunikasi, yaitu ngoko dan krama (kromo dalam pengucapan) dan dari 2 tingkatan itu dibagi lagi menjadi 2 dari masing-masing tingkatan. Tingkatan ngoko dibagi menjadi 2, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus, sedangkan krama (kromo) dibagi menjadi 2 pula, yaitu krama (kromo) lugu dan krama (kromo) inggil. Secara umum tingkatan bahasa Jawa ada 4 tingkatan secara keseluruhan, ngoko lugu, ngoko alus, krama (kromo) lugu, krama (kromo) inggil.
Baca : Tresno Pelampiasan
A. NGOKO
1. Ngoko Lugu
merupakan tingkatan bahasa yang pertama, yang paling dasar dalam bahasa Jawa. Biasanya ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sepantaran dengan kita (teman akrab).
2. Ngoko Alus
merupakan setingkat lebih tinggi dari ngoko lugu dalam bahasa Jawa. Biasanya ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dengan kita tapi sudah akrab, namun masih tetap menjunjung tinggi nilai kesopanan kepada lawan bicara karena orang yang kita ajak bicara lebih tua dari kita dalam segi usia.
B. KRAMA
1. Krama Lugu
merupakan tingkatan bahasa yang ketiga dan setingkat lebih tinggi dari ngoko alus dalam bahasa Jawa. Biasanya ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih tua dan kedudukannya pun lebih tinggi dengan kita atau dengan orang yang usianya lebih tua dengan kita, belum kenal dan belum akrab.
2. Krama Inggil
merupakan tingkatan bahasa tertinggi dalam bahasa Jawa. Biasanya ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya dengan kita dan digunakan pula untuk berkomunikasi dengan orang yang belum kita kenal namun terlihat bahwa kedudukan orang yang kita ajak bicara lebih tinggi dari kita.
Namun disini saya hanya akan menunjukan kepada pembaca bahwa kosa kata dalam bahasa Jawa jauh lebih banyak daripada kosa kata dalam bahasa Indonesia dalam beberapa kata atau bahkan malah bisa semuanya. Contohnya seperti dibawah ini :
Bahasa Indonesia :
1. Bapak sedang makan
2. Ibu sedang makan
3. Kakak sedang makan
4. Adik sedang makan
Dalam satu rumah atau dalam satu keluarga kata kerja atau kosa katanya sama, yaitu makan. Namun dalam bahasa Jawa tidak. Menyesuaikan dengan siapa kita berbicara. Contoh :
Bahasa Jawa :
1. Bapak nembe dhahar
2. Ibu nembe dhahar
3. Kakak lagi mangan
4. Adik lagi maem
Bisa kita simpulkan bahwa dari contoh diatas ada kasta atau tingkatan dalam kita berkomunikasi dengan siapa. Dengan bapak dan ibu kita memakai bahasa krama (kromo), sedangkan dengan kakak dan adik kita memakai bahasa ngoko. Karena memang dalam satu keluarga (contoh kecil) itu ada tingkatan / kedudukan yang wajib kita junjung tinggi.
Baca : Kepalsuan Cinta
Jadi tidak bisa kita membolak-balikan contoh bahasa Jawa diatas misalnya Bapak nembe maem, ini merupakan contoh yang salah. Maka dari itu hal-hal seperti ini perlu diingat kembali karena kebanyakan orang Jawa menggunakan tingkatan bahasa ngoko. Sangat sedikit sekali menggunakan tingkatan bahasa krama (kromo), baik krama (kromo) lugu apalagi krama (kromo) inggil jika mereka bukan dari keturunan orang keraton. Orang keraton sangat menjunjung tinggi sekali bahasa krama (kromo), contohnya di kota Solo dan Yogyakarta.
Sebenarnya masih ada 1 tingkatan bahasa lagi dalam bahasa Jawa, namun ini khusus digunakan untuk hewan atau binatang biasanya. Bahasa ini merupakan bahasa kasar, namun untuk pengetahuan dan pelajaran bagi kita semua supaya kita tahu. Contohnya kata makan diatas jika untuk hewan adalah mbadog, ngaglak dan nguntal.
Karena kosa kata itu merupakan kosa kata kasar, maka dari itu sangat jarang digunakan. Karena jika kosa kata ini digunakan untuk orang bisa membuat orang tersebut tersinggung dan mengakibatkan pertengkaran karena ia tahu bahwa kata itu hanya digunakan untuk hewan atau binatang. Secara tidak langsung, orang yang menggunakan kosa kata itu menyamakan kedudukan lawan bicaranya dengan hewan atau binatang.
Siapa yang mau coba kedudukannya disamakan dengan hewan? Orang manapun pasti marah sekali bukan? Karena manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di banding dengan makhluk lainnya. Maka dari itu biasanya menggunakan kata mangan kalau untuk hewan. Contohnya Sapine wes dipakan le? (Sapinya sudah diberi makan nak?)
Semoga dapat diterapkan.
Business | E-Commerce | Marketplace | Online Shop | Problem | Shopping
Jawa timur & Jawa tengah saja ada perbedaannya yee nggak mas Joko..😁😁
Nah ini dia mas. Ada bedanya nih mas. Sebelumnya makasih mas dah mampir sini. Jadi saya sempet denger kata dhahar itu Sunda uga ada n itu kasar katanya. Tapi lw dalam bahasa Jawa itu paling halus mas. Jadi kita uga harus hati2 ngomong pake bahasa daerah, amannya pake Indonesia deh. Kurang lebih begitu.
Menarik bahasannya, dikit2 saya ikut belajar juga dipostingan ini 👍
Saya kalo di sekolah dulu, wakru SMA ada 3 pelajaran bahasa juga. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Tapi yaa gitu, kalo Bahasa Arab cuma 1 jam doang setiap pekan. Masih blm bisa Bahasa Arab. Cuma bisanya ana antum doang hahaha
Kemudian, untuk Bahasa Jawa ada sedikit kemiripan dengan Bahasa Palembang. Eh, maksudnya Bahasa Palembang itu sebagian diserap dari Bahasa Jawa. Aku pernah bahas jg ini di blog ku... 😀
Kalau tingkatan bahasa Jawa juga saya pelajari dengan baik di masa sekolah, tapi dari penerapan sehari-hari mah tiarap hahaha.... Bahkan kemampuan berbicara bahasa Jawa saya itu dialek Jawa Suroboyoan saja 😆. Belajar bahasa Inggil dengan baik itu sebatas kebutuhan akademis dulu di masa sekolah. Saya juga masih simpan loh buku Pepak Basa Jawa hingga kini. Sampai dulu hafal Hanacaraka aksara Jawa juga.
Sekarang udah pindah ke Bali, saya jadi belajar lagi bahasa Bali. Kurang lebih ada kemiripan kosa kata antara bahasa Bali dan Bahasa Jawa, cuma harus hati-hati. Karena satu kosa kata yang sama, ternyata artinya berbeda dalam basa Jawa dan basa Bali.
Contohnya "anteng", dalam basa Jawa artinya tenang. Tapi kalau dalam basa Bali artinya rajin.
Lalu "gelem", dalam bahasa Jawa artinya mau. Dalam basa Bali artinya sakit.
Selain itu dalam bahasa Bali juga ada tingkatan strata bahasanya juga seperti dalam bahasa Jawa. Ada basa Bali kasar, madya dan halus. 😊
Dan pengalaman ini pernah jga sya tuang dalam sebuah tulisan di blog sya.. 😁
*nanti tak cari dulu postingannya 😆😆😅
https://www.zaeabjal80.com/2015/01/dari-nu-lah-aku-mengenal-tradisi-budaya.html
Monggo dibaca..
Btw di jawa kalau "dahar" itu bahasa halusnya untuk makan. Sedang di sunda artinya jga sama yaitu makan. Cuma bedanya kalau di kita itu bahasa kasar.. Hehe